STRUKTUR JAGAD RAYA
DAN
TAHAPAN KELAHIRANNYA
Widya Sawitar
“Lumaksana sekar sarkara ‘mrih, pininta maya-maya ‘nggeng ulah, kang minangka pituture,
duk masih awang uwung, ru-rung ana bumi langit, nanging Sang Hyang Wisesa,
kang kocap rumuhun, meneng samadyaning jagad, datan arsa mosik jroning tyas maladi,
ening aneges karsa.”
(Manikmaya, Mulyono, 1989, p.181)
Gambar 1 El Gordo
Citra teleskop Hubble dari gugus galaksi paling masif yang pernah ada ketika alam semesta masih berumur setengah dari yang kini diketahui pada kisaran 13,8 miliar tahun.
Gugus ACT-CL J0102-4915 mengandung ratusan galaksi dengan taksiran massa 3 juta miliar kali Matahari (sekitar 3.000 kali massa Bima Sakti) walaupun sejatinya sebagian besar massa tersembunyi sebagai materi gelap (dark matter). Lokasi materi gelap dipetakan di kawasan berwarna biru layaknya kabut. Karena materi gelap tidak memancarkan radiasi apa pun, para astronom Hubble mengukur bagaimana gravitasinya membelokkan citra galaksi latar belakang yang jauh (gravitational lensing).
Fenomena ini membantu para ahli untuk memperkirakan jumlah massa gugus ini.
Julukannya El Gordo (Spanyol: gemuk) tatkala pengamatan sinar-X dan studi kinematik pertama kali menunjukkan bahwa gugus ini luar biasa masif untuk rentang usianya. Juga diketahui bahwa gugus ini sedang mengalami proses penggabungan dengan dua gugus yang lebih kecil didekatnya.
Tanggal rilis: 3 April 2014
Credit: NASA, ESA, and J. Jee (University of California, Davis).
[and J. Hughes (Rutgers University), F. Menanteau (Rutgers University and University of Illinois, Urbana-Champaign), C. Sifon (Leiden Observatory), R. Mandelbum (Carnegie Mellon University), L. Barrientos (Universidad Catolica de Chile), and K. Ng (University of California, Davis)]
Alam Perbintangan
Sejarah penelusuran perbintangan terus berlangsung sampai saatnya diketahui bahwa bintang gemintang yang selama ini dapat terlihat tampak jauh lebih banyak sejak era Galileo. Pada tahun 1650, Riccioli (Itali) melihat dengan teleskop ke bintang Mizar (Zeta Ursae Majoris) di rasi bintang Biduk atau Gayung Besar (bagian dari Ursa Major atau Beruang Besar). Didapati bahwa Mizar adalah bintang ganda. Awalnya dianggap efek visual sampai Herschell, sang penemu Uranus menelitinya dan akhirnya keberadaan pasangan bintang layaknya pasangan Bumi-Bulan diakui keberadaannya. Kini diketahui bahwa Mizar adalah sistem bintang berempat dan nyatanya sebagian besar bintang adalah bintang ganda atau bahkan bintang majemuk. Selain bintang ganda/majemuk, ternyata banyak dijumpai kelompok bintang yang disebut gugus bintang. Anggotanya ratusan bahkan ratusan ribu buah. Ada yang relatif teratur (globular cluster; gugus bola), ada yang tidak teratur (open cluster; galactic cluster; gugus terbuka; gugus galaktik).
Gambar 2 Gugus Bola NGC 1846.
Gugus bola ini terdiri dari ratusan ribu bintang berlokasi di halo galaksi Awan Magellan Besar berjarak kisaran 160.000 tc ke arah rasi bintang Dorado. Kebanyakan anggotanya berusia menengah, beberapa dalam rentang miliar tahun. Dalam citra juga terekam keberadaan extra galaksi nun jauh di latar belakangnya. Ada yang cukup menyita perhatian, yaitu adanya nokhtah biru cemerlang di area bawah-tengah yang sempat dikategorikan sebagai “planetary nebula”.
Masih belum dipastikan apakah objek ini anggota gugus, atau sekedar segaris pandang saja.
Penelitian awal bahwa objek ini memang anggota gugus.
Citra ini dihasilkan dengan menggunakan Advanced Camera for Surveys pada bulan Januari 2006.
Credit: NASA and The Hubble Heritage Team (STScI/AURA)
Acknowledgment: P. Goudfrooij (STScI)
Gambar 3 Gugus Terbuka Lintang Kartika (M45 atau Pleiades)
Courtesy: Bill and Sally Fletcher
Adapun ruang di antara bintang gemintang bukan ruang kosong, melainkan sering didapati materi gas dan debu (nebula) yang disebut materi antar bintang. Salah satu yang populer adalah Nebula Orion (sebagian area Orion di Indonesia disebut Lintang Waluku yang dipakai untuk pedoman musim). Materi antar bintang di Orion pertama diketahui dan disebut nebula oleh Claude Fabri dari Peiresc tahun 1659. Kini di daerah ini telah banyak dijumpai calon bintang, bahkan diduga akan membentuk sistem keplanetan1.
Gambar 4 Rasi Bintang Orion (Lintang Waluku)
Astrofotografer: Sarah Fauziah, Pengolah Citra: Dmirza P. Al Amamu (Planetarium Jakarta)
dan Nebula Orion
Astrofotografer dan Pengolah Citra: Ronny Syamara (Planetarium Jakarta)
Keterkaitan antara materi antar bintang dan bintang sangat erat. Berbasis evolusi bintang, bahwa bintang terbentuk dari adanya materi tersebut. Dengan berhasilnya membentuk kesatuan materi yang diikuti proses terjadinya rangkaian reaksi nuklir serta penghamburan energinya, lahirlah bintang sejati. Namun, bila bahan bakar nuklir kurang tersedia, gagallah dia menjadi bintang. Dapat menjadi bintang katai coklat, seperti yang diduga terhadap Jupiter. Atau dapat menjadi bintang katai merah. Ada dugaan bintang seperti ini sangat berlimpah di alam semesta. Massanya hanya 10% kali Matahari, sementara kecerlangannya sekitar 60 ribu kali lebih redup.